Pelajaran hidup.!
Alhamdulillah sudah pernah merasakan di posisi sebagai karyawan dengan gaji belum lebih dari jumlah jari dalam satu tangan dengan jumlah 7 digit. Di"kejar2" dp dengan jumlah yg sama (ta lebih dari jumlah jari dlm satu tangan) namun mencapai 10 digit.
Stres? | Yes.!
Tertekan? | lebih dari ketika kamu dipanggil BK dan ditawari "mau berubah apa dipinda?"
Mondar mandir, telpon sana telpon sini, bagai mana caranya mencairkan aset agar bisa jadi DP. Sampai pada silaturahim dengan kakak seperguruan diponpes. Kata-katanya sangat sederhana. "Malumu dimana? Sudahlah cukup kamu menyengsarakan ibumu dengan menguliahkanmu sampai lulus.! Semua orangtua pasti ingin anaknya sukses, kamu pemula, main uang (usaha) yang "menaruhkan" aset keluarga, kenapa tidak sekalian aja abis ini pulang makan minta disuapin tidur pakai pempers?.! Usaha sendiri dong, kalau belum kuat modal uang, gunakan modal otak, itu modal yang unlimited dan hasilnya pun juga unlimited.! Sekarang kamu telpon katakan gak ada uang dan kalau mau tetap kerjasama sodorin, ini loh uangku, aku punya ide yang lebih besar nominalnya dari uang ini, kalau mau ayo berangkat.!"
Daaan galau berhari-hari menentukan telpon gak ya? Iyawes jujur dan mulai sekarang GAK MAU LAGI BERDIRI DI KAKI ORANG TUA.! (Walaupun berat merelakan tabungan 4 bulan gaji full, buat ongkos mondar-mandir dan biaya ini itu)
Sebelum telpon rekanan, telpon sahabat dulu, sahabat berkata "Mif, ini bukan yang pertama kamu mengalami g ada uang sama sekali. Kamu loh pasti bisa".
Oke fix telpon daan diluar dugaan, tanggapan rekanan baik, dia minta bagian 30%. Its oke make a deal.!
Beberapa hari berikutnya rekanan ngabarin, sertifikat tanahnya belum jadi, usut punya usut ternyata penyelesaiannya harus dipengadilan.
*dalam hati, Alhamdulillah. Coba waktu itu Allah mengabulkan aset itu cair dan buat dp, coba bayangkan berapa bunga bank yg harus ta bayar sia-sia sambil menunggu keputusan pengadilan? Gila gak? Gile kan? Atau pake banget? Hahahaaa Alhamdulillah.!
Disatu sisi, (sekali lagi menyesali lenyapnya tabungan) (lagi-lagi) mengandai-andai, andai tabungan ini ada kan lumayan buat tambahan biaya nikahan neng (kakak perempuan).
Sekitar 2 minggu kemudian ditelpon rekanan "mas, bisa bantu itungin RAB dan cek gambar bundaran"
Bisa, aku bilang
Smean pernah garap bundaran?
Belum, tapi saya yakin bisa
Pakai air terjun yang menari ikutin dentuman musik bisa?
Gampang, (padahal blm pernah, tapi aku yakin mbah google punya informasi). Sekian (nyebut nominal) buat aku, kalau deal ta kerjakan.
Oke ta kirim gambarnya pelajari dulu apa saja yang kurang, entar email balik ya.
Sek, ini proyek sampean apa proyek orang lain?
Proyek orang, aku yang borong nge-sub.
Gini pak **** kita belajar dari project pasar yang tertunda. Udah keluar duit, keluar tenaga ternyata harus nunggu hasil sidang, aku g mau loh ya kejadian ini terulang lagi, aku minta sekian itu, kalau sampai tiba2 si ***** lupa diri, smean g perlu sakit hati, kan udah ta sisihin buat sampean, ati-ati sama orang jaman sekarang, pas lagi butuh ndeket banget kayak perangko, udah dapat yang dimau ilang kayak nyamuk.
Oke-oke beres, nanti ta kirim ya, setelah itu coba dicek gambarnya yang kurang apa saja.
Setelah ta email balik komentar buat gambarnya, eee udah 3 hari g ada kabar. Ckckckkkk
Untung belum ta kirim sak RAB nya. (Belum ta bikin sih emang hahahaaa)
Hmmm
Jadi semakin penasaran dan semakin semangat kerja. Semangat belajar apapun.
Ke-egoisan "aku belum pernah, aku gak bisa, itu bukan bidangku" hanya akan menghambat rejeki TUHAN. Selagi bisa dikerjakan dan tidak mengganggu tugas utama, do it.!
How come?
Ada yang menyerah ketika gagal, ada yang tetap berusaha merubah dari imposible to be i'm posible. Perjuangan mempunyai kekuatan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar