Aku itu heran knp banyak buku2 tentang mencari kebahagiaan? | mungkin terlalu banyak orang galau, hahahaa
Mungkin itu yang dia maksud.
Si A rencananya ke kota B naik moda transportasi Kereta, sampai stasiun dia ternyata lupa gak bawa sim, ktp atau identitas yg lain. Maka sia A memutuskan ke terminal S, di terminal S si A ditawarin org dan lsg saja barang bawaannya disamber, diarahkan ke travel bus malam, si A disuruh bayar 295rb untuk tujuan ke kota B. Si A melihat dompet, ternyata cuma 150rb. Mau ke Atm bank .... Jauh. Si A dikatain "mas mas ngunu kok kate nang kota B". Si A pamit pergi dan si A mencari bus jurusan kota B. Dia naik Bus Cepat. Bayar 70rb, blm sampai di kota B, si A di oper dikota P dan pindah bus jdi ekonomi. Pas nuker karcis operan kondektur menginfokan bahwa bus milik nya tidak sampai banyuwangi, jdi harus berhenti di kota J, lanjut oper bus bayar 30rb lgi. Setelah oper bus, dan ternyata tidak sampai terminal Kota B, jadi turun di dpn pom bensin. Telpon lah si A ke temen nya yg bawa motornya. Eeeh motornya ada tapi helm nya dipinjem temen yg lain. Jalan lah dia nyari ojek kena 30rb. Setuju gak klo si A ini sial banget? Kalau kamu jadi si A ngapain? Marah? Badmood?
Sumpek?
Itu pilihan. Kembali lagi ke tulisan paling atas, kenapa banyak buku2 tentang mencari kebahagiaan?, dilanjut dg tulisan, jangan letakkan kebahagiaanmu pada tangan seseorang. Dia bisa saja membuangnya kapan saja (ta tambahi, dia mau).
Sama, kalau si A meletakkan kebahagiaannya pada sim/ktp. Begitu ketinggalan marah-marah.
Kalau si A meletakkan kebahagiaannya di bus, begitu bus nya g sesuai harapan dia marah lagi.
Kalau si A meletakkan kebahagiaannya di temen yg mau jemput, begitu g jadi marah lagi marah lagi.
Coba hitung berapa kali dalam sehari dia kehilangan kebahagiaan?
Alhamdulillah nya. Dia menciptakan sendiri kebahagiaannya. Prosesnya panjang.
Berkorban finansial, berkorban waktu, berkorban prasaan kecewa dll. Dia mulai belajar meng.ikhlas.kan pelajaran kehidupan. Mau berontak, berontak ke siapa? Emang bisa ngembalikan waktu dan uang yg terlanjur keluar? Mungkin tidak hahahaa. Pelajaran itu membuat nya cukup tau, jika dia sudah ada modal sdm, modal finansial, modal relasi. Pulau itu masih sangat baik untuk membuka cabang usaha.
Cara paling ampuh untuk bahagia adalah lupakan (kebodohan) masalalu, ciptakan sendiri suasana itu.!
Make it.!
Make it.!
And Make it.!
God willing it come be dude, sist.
So, mau bahagia? Ayo ciptakan bareng-bareng.! Pasti seru 😜
Note.
Bahagia bukan tentang kita punya apa,
Bahagia bukan tentang sama siapa,
Bahagia bukan tentang dimana dan kapan,
Bahagia itu ini, aku dan sekarang. ;p
Sumpek?
Itu pilihan. Kembali lagi ke tulisan paling atas, kenapa banyak buku2 tentang mencari kebahagiaan?, dilanjut dg tulisan, jangan letakkan kebahagiaanmu pada tangan seseorang. Dia bisa saja membuangnya kapan saja (ta tambahi, dia mau).
Sama, kalau si A meletakkan kebahagiaannya pada sim/ktp. Begitu ketinggalan marah-marah.
Kalau si A meletakkan kebahagiaannya di bus, begitu bus nya g sesuai harapan dia marah lagi.
Kalau si A meletakkan kebahagiaannya di temen yg mau jemput, begitu g jadi marah lagi marah lagi.
Coba hitung berapa kali dalam sehari dia kehilangan kebahagiaan?
Alhamdulillah nya. Dia menciptakan sendiri kebahagiaannya. Prosesnya panjang.
Berkorban finansial, berkorban waktu, berkorban prasaan kecewa dll. Dia mulai belajar meng.ikhlas.kan pelajaran kehidupan. Mau berontak, berontak ke siapa? Emang bisa ngembalikan waktu dan uang yg terlanjur keluar? Mungkin tidak hahahaa. Pelajaran itu membuat nya cukup tau, jika dia sudah ada modal sdm, modal finansial, modal relasi. Pulau itu masih sangat baik untuk membuka cabang usaha.
Cara paling ampuh untuk bahagia adalah lupakan (kebodohan) masalalu, ciptakan sendiri suasana itu.!
Make it.!
Make it.!
And Make it.!
God willing it come be dude, sist.
So, mau bahagia? Ayo ciptakan bareng-bareng.! Pasti seru 😜
Note.
Bahagia bukan tentang kita punya apa,
Bahagia bukan tentang sama siapa,
Bahagia bukan tentang dimana dan kapan,
Bahagia itu ini, aku dan sekarang. ;p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar