Selasa, 29 Desember 2015

Tanda Tanya (?) #5

ditengah keramaian bandara halim perdana kusuma, jakarta timur. robert menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri, ia mencari sosok lelaki bertubuh ideal, bersarung dan mengenakan kemeja. sando dari lulus kuliah dia terbiasa memakai sarung kemanapun dia pergi, seolah itu sudah menjadi identitas nya. satu-satunya pengusaha yang tidak pernah menyebut usaha apa yang ia jalani namun ia aktif bahkan menjadi donatur tetap di berbagai komunitas sosial. robert beum sempat menanyakan hari ini dia memakai drescode apa, berkali-kali robert melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, 9:30, ia tadi terburu-buru sampai belum melakukan dhuha, pasti nanti dia telpon lebi baik saya tinggal bentar cukup dengan 1 salam saja, pikir robert disertai keputus asaan mencari sando sahabatnya. salam pun terlaksanakan, robert kembali mencari, terlihat dari jauh wajah yang tak asing dibenaknya duduk dikedai mie dan melahap dengan santai, cara makannya pun sepertinya robert mengenali pria itu, keyakinan hatinya lebih membulat ketika robert memperhatikan cara pria itu memegang gelas dan mengkipas-kipas makanannya dengan tangan. ya, pasti itu sando, hati kecil robert berkata demikian.
"sando"

pria itu menoleh kearah suara yang telah memanggilnya, "dari mane baaang? gila disuruh nunggu tanpa kabar, ditelpon g diangkat"
"sory-sory take it easy, sudah kenyang kan? ayo kita kekontrakanku"
[don't let me go don't let me go don't let me go] hape robert bergetar dengan diiringi lagu never say never by Fray, tampak nama Sara pada layar hape, tumben dia telpon? gumam robert,
"sando, sory kasih waktu aku 10 menit untuk jawab telpon"
"oke silahkan"

"Assalamu'alaikum sar, iya ada yang bisa dibantu?"
"wa'alaikumsalam, bert bisakah kedatanganmu dicancel? maaf aku belum benar-benar siap. aku ingin memperbaiki diriku dulu, aku ta ingin merepotkanmu terlalu jauh untuk memperbaiki diriku"
"kamu serius? perasaan ta sebercanda ini loh sar, kita udah lama pacaran, lalu kamu memutuskan tidak lagi pacaran, kamu mempersilahkanku memintamu, aku sudah atur schedule, dan sekarang kamu pula yang mengcancel, sekali lagi perasaan ta sebercanda itu. *telpon hening kurang lebih 2 menit, tak ada satu kata pun dari mereka berdua, sara dan robert, terucap* oke,sekarang terserah kamu, itu keputusanmu, dari awal aku sudah menyiapkan diri untuk hal seperti ini, aku tidak pernah menarik ucapanku, jadi aku tetap kerumahmu dan aku ingin kita bertemu"
"tidak bisa bert, tidak semudah itu, maafkan aku" itulah kalimat terakhir sara sebelum menutup telponnya.

robert tipe orang yang bisa memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah yang lain. tampang sok tegar dengan senyum tipir pun ia perlihatkan untuk menyambut sando kembali, tawa riang dan bercandaan mereka dalam perjalanan ke rumah kontrakan robert pun seolah tidak pernah terjadi hal yang cukup mengecewakan dirinya. sesampai dirumah robert langsung mengenalkan isi rumahnya kepada sando, dimana letak kopi dan teh, dimana letak nasi dan lauk pauk serta sayurnya, dimana tempat sando beristirahat, dimana musholah dan tempat wudhu, dimana letak piring sendok dan garpu, dimana letak remote tv dan ac, setelah menjelaskan isi rumah dengan detail dan sando pun ta ada pertanyaan robert izin keluar meninggalkan rumah, ia tidak menceritakan tentang kejadian antara dirinya dengan sara, bahkan ia tidak mengatakan bahwa ia akan pergi kerumah sara.

"sara aku didepan rumahmu, keluar sebentar aku ingin bicara" itu pesan singkat yang diterima sara. sara pun keluar dengan tampang menahan emosi, sudah dibilang tidak perlu kerumah kenapa masih saja datang? gumam dalam hati sara.
"loh kamu datang bert? kamu masih tetap robert yang aku kenal ya, robert yang keras kepala dan selalu memaksakan keinginannya"
"maaf, aku hanya mengantarkan ini sar"
"apalagi ini?"
"perwakilan diriku, simpan saja, jika kamu sudah berkenan untuk membaca silahkan dibaca, jika belum tetap simpan dengan baik. aku pamit pergi dulu, Assalamu'alaikum"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar